Kemahakuasaan Allah: Harapan Keselamatan dan Keadilan

Secara biblis, kemahakuasaan Allah bukan hanya tentang kekuatan absolut-Nya, tetapi juga janji akan keselamatan dan keadilan universal. Ini mencakup keadilan bagi mereka yang menjadi korban ketidakadilan di masa lalu. Jika Allah tidak memiliki kuasa dalam pengertian ini, maka harapan akan keselamatan yang sempurna hanyalah kekeliruan tragis. Oleh karena itu, iman Kristen terhadap kemahakuasaan Allah adalah bentuk pengharapan bahwa dalam kehidupan, pewartaan, kematian, dan kebangkitan Kristus, Allah telah menunjukkan kehendak-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.

Pada akhirnya, Allah sendiri yang akan mengatasi segala sesuatu yang kini berlawanan dengan kehendak penyelamatan-Nya. Kemahakuasaan Allah bukan sekadar soal otoritas-Nya atas ciptaan, tetapi juga kepastian bahwa sejarah dan penderitaan manusia tidak akan berlalu tanpa makna. Kepercayaan kepada-Nya menjadi jaminan bahwa masa lalu tidak akan terkubur dalam kelupaan sejarah dan kecenderungan manusia untuk melupakan.

Kemahakuasaan Allah dan Keadilan bagi Korban Ketidakadilan

Di dunia yang penuh ketidakadilan, kemahakuasaan Allah menjadi dasar bagi harapan bahwa penderitaan para korban tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja. Anak-anak tak berdosa yang terbunuh dalam peperangan, orang tua yang tersisih dari kehidupan modern, serta penyandang disabilitas yang terabaikan—mereka semua berhak atas keadilan. Namun, dalam kenyataan hidup, keadilan ini sering kali tampak tidak terwujud.

Jika Allah tidak memiliki kuasa untuk memulihkan keadilan bagi mereka, maka hidup ini kehilangan maknanya. Namun, iman kepada kemahakuasaan-Nya memungkinkan kita untuk percaya bahwa segala ketidakadilan akan diperhitungkan dan setiap penderitaan memiliki arti. Demi mereka yang tertindas dan terlupakan, kita harus tetap percaya bahwa Allah Mahakuasa.

Keterlibatan Allah dalam Dunia

Allah telah melibatkan diri dalam kehidupan dan pergolakan dunia. Namun, ini tidak berarti bahwa Ia kehilangan kedaulatan atas diri-Nya sendiri. Allah tetap memiliki daya dan kuasa. Inilah yang memberi kekuatan kepada manusia untuk terus berjuang melawan penderitaan, meskipun sering kali kita merasa tidak berdaya.

Tanpa keyakinan akan kemahakuasaan Allah, perjuangan melawan ketidakadilan akan kehilangan makna. Setiap usaha pasti berhadapan dengan kegagalan, dan kita bisa disepak ke dalam kenyataan pahitnya yang adalah bahwa selalu ada penderitaan serta korban baru yang muncul di tengah kekuasaan duniawi dan lingkaran ketidakadilan. Iklim semacam ini adalah akibat dari kita yang lebih memilih untuk dikuasai oleh kekuasaan dunia, bukan mendamaikan dan memurnikan dalam terang keadilan Allah. Jika manusia hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, maka perjuangan ini tampak sia-sia. Namun, dengan percaya pada Allah yang Mahakuasa, kita memiliki harapan bahwa perjuangan kita bukanlah kesia-siaan. Di hadapan Yang Maha Kuasa, Allah tentunya berbuat apa saja yang terbaik untuk memalukan dan menurunkan mereka yang kuat demi dunia.

Kemahakuasaan Allah memberi landasan bagi harapan dan keberanian kita untuk terus melawan ketidakadilan. Tanpa harapan ini, manusia mudah jatuh dalam keputusasaan ketika melihat betapa luasnya penderitaan di dunia. Jika Allah benar-benar Mahakuasa, maka keadilan yang kini tampak belum terwujud bukan berarti tidak akan terjadi, tetapi hanya menunggu waktu penggenapannya.

Harapan yang Masih Berlangsung

Kemahakuasaan Allah dalam arti kehadiran-Nya sebagai penguasa tunggal bukanlah sesuatu yang sudah sepenuhnya kita alami saat ini. Sebaliknya, itu masih berada dalam kategori harapan abadi. Dunia yang kita lihat masih dipenuhi ketidakadilan dan penderitaan, sehingga kemahakuasaan Allah belum terlihat secara nyata dalam sejarah manusia.

Kita hanya bisa berharap karena Allah yang kita kenal dalam sejarah umat manusia—terutama dalam sejarah Yesus dari Nazareth adalah Allah yang juga menjadi korban kekuasaan manusia. Sejarah Yesus bukan hanya menunjukkan kemahakuasaan Allah secara jelas dan penuh, tetapi juga menyatakan secara jelas tentang ketakberdayaan-Nya di dunia ini. Dalam penderitaan dan kematian-Nya, Allah menunjukkan bahwa Ia tidak tinggal jauh dari manusia, tetapi justru turut merasakan penderitaan itu.

Di sinilah misteri iman Kristen bisa dimurnikan scara bersama. Kita percaya pada Allah yang Mahakuasa, tetapi pada saat yang sama, kita juga melihat ketakberdayaan-Nya dalam sejarah. Ini bukanlah kontradiksi, melainkan paradoks yang menggambarkan betapa dalamnya kasih dan keterlibatan Allah dalam dunia. Allah yang berkuasa adalah Allah yang rela menjadi lemah demi menyelamatkan manusia. Dalam kelemahan manusia, Allah memurnikan kita untuk menjadi komunitas baru dalam Kristus, komunitas umat Allah yang inklusif terhadap kasih dan kerahiman-Nya yang terus mengalir bagi yang tak berdaya di dunia.

Karena dunia masih dipenuhi ketidakadilan dan penderitaan, kita hanya dapat berharap. Berharap bahwa Allah dengan caranya sendiri tetap akan bertindak melaksanakan karya keselamatan-Nya bagi kita. Allah masih harus menunjukkan bahwa Ia sungguh mahakuasa, sebab kenyataan dunia saat ini belum sepenuhnya mencerminkan kemahakuasaan-Nya. Namun, justru dalam pengharapan inilah kita menemukan makna perjuangan suci.

Tanggapan Kritis

Kemahakuasaan Allah adalah jaminan bahwa sejarah tidak akan berakhir dalam kekacauan dan ketidakadilan. Dengan percaya pada kemahakuasaan-Nya, kita yakin bahwa keadilan akan ditegakkan, keselamatan akan digenapi, dan tidak ada penderitaan yang akan berakhir dalam kesia-siaan. Harapan inilah yang memberi manusia keberanian untuk terus berjuang dan bertahan hidup, meskipun dunia masih gelap.

Pada akhirnya, kemahakuasaan Allah bukan hanya tentang kekuatan-Nya untuk mengatur dunia, tetapi juga tentang kasih dan janji-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Kepercayaan akan kemahakuasaan Allah memberikan makna bagi penderitaan dan perjuangan manusia. Sebab, dalam setiap air mata dan luka Papua, ada harapan bahwa Allah tidak akan membiarkan ketidakadilan berkuasa selamanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *