Paskah: Dari Kubur Kosong ke Hidup yang Penuh

 

Dogiyai, DogiyaiPos – Sejak hari Kamis (17/04) hingga Sabtu (19/04), umat Kristiani dan Katholik sedang dan akan merayakan rangkaian pesta Paskah tahun 2025. Bagi umat Katolik dan Kristen pada umumnya, Paskah adalah pusat dari seluruh kisah iman: perayaan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Ia yang wafat di salib pada hari Jumat Agung, kini hidup kembali. Bukan sebagai legenda atau simbol, melainkan sebagai kenyataan rohani yang mengubah cara manusia memaknai hidup dan penderitaan.

Paskah bukan sekadar puncak dari Tri Hari Suci yang dimulai pada Kamis Putih — peringatan Perjamuan Terakhir dan tindakan kasih Yesus yang membasuh kaki murid-Nya — lalu berlanjut ke Jumat Agung dengan penyaliban-Nya, hingga Sabtu Suci yang sunyi. Ia adalah puncak dari kisah kasih Allah, yang tak mengenal batas, bahkan ketika dihadapkan pada kebencian dan maut.

Namun, makna Paskah tidak berhenti di altar atau dalam kisah kitab suci. Di mata banyak umat, Paskah justru menemukan bentuknya yang paling nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kubur kosong itu seperti hidup saya yang dulu penuh duka karena kehilangan. Tapi kini saya tahu, tidak ada luka yang tidak bisa disembuhkan oleh kasih Allah.

Paskah mengajak umat untuk bangkit. Bukan hanya secara spiritual, tetapi juga secara sosial dan personal. Kebangkitan Kristus memberi pesan kuat bahwa tidak ada keputusasaan yang terlalu dalam untuk dijangkau oleh pengharapan. Dari duka, umat diajak untuk pulih. Dari kemarahan, menuju pengampunan. Dari keegoisan, menjadi pelayan kasih.

Setiap umat didorong untuk menjadi terang di tempat kami berada, entah itu di rumah, sekolah, kantor, atau bahkan media sosial. Paskah adalah undangan untuk hidup baru. Untuk menjadi saksi bahwa kasih lebih kuat daripada kebencian, dan bahwa pengampunan lebih kuat daripada dendam.

Dalam konteks Papua dan banyak wilayah yang masih dililit berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya, Paskah menjadi oase pengharapan. Ia mengingatkan bahwa hidup baru itu mungkin, bahkan di tengah ketimpangan dan ketidakadilan.

Di rumah-rumah, di altar sederhana, bahkan di tengah hutan pegunungan yang sunyi di tengah pengungsian karena perang TPNPB vs TNI, umat berkumpul bukan sekadar untuk merayakan liturgi, tetapi untuk memperbarui niat: hidup sebagai manusia baru dalam Kristus. Sebuah kehidupan yang tidak ditentukan oleh trauma masa lalu, melainkan digerakkan oleh cinta dan pengharapan yang tak pernah padam.

Paskah adalah kisah tentang kebangkitan Kristus. Tapi lebih dari itu, ia adalah kisah tentang setiap hati yang memilih untuk tidak menyerah, yang berani mencintai lagi, memaafkan lagi, dan membangun kembali harapan. Satu demi satu, dengan situasi yang sederhana namun penuh cahaya harapan perubahan. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed